Wednesday, July 29, 2015

Bocoran Isi Buku Menemukan Makna Merayakan Cinta (Part 3)

Apa saja isi bagian II buku ini?Dan siapa saja yang berkontribusi?yuk simak

  1. Made Teddy Artiana

Tulisan Made Teddy Artiana yang memiliki judul utama Yoga and The City berisi 16 kisah nyata para praktisi yoga yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Made Teddy Artiana mengungkapkan lewat gaya bahasa yang terbuka, blak-blakan, apa adanya berdasar pengamatannya dan juga cerita yang didapat ketika dirinya menjadi pegiat event yoga dan juga menjadi pengajar yoga. Tulisan yang seperti cerpen kisah nyata tersebut berisi tentang beragam alasan, tujuan dan kebutuhan orang berlatih dan menjadi pegiat yoga dari ingin sehat, ingin mencari perhatian, butuh sex bahkan ada yang karena kesepian.

Belantara Yoga, The Power Of Savasana “I Surrender”, Yoga Adalah, Awal Jumpa

Berisi tentang makna yang lebih mendalam dari yoga dan seseorang yang mencintai yoga. Kecintaan pada yoga diwujudkan dalam tindakan yang penuh kasih sayang hingga aktif di kegiatan sosial.

Siapa Yang Paling Membutuhkan Yoga?

Seorang wanita yang berlatih yoga karena mengikuti anjuran dokter

Sebuah Sisi Lain

Kisah percakapan dua orang wanita yang sedang mengikuti event yoga

Takut Ketularan, Belajar Bernafas, Yoga dan Sepatu Kebanjiran

Tentang pendapat awam atau masyarakat yang baru mengenal yoga

Tambah Uenaakk, Korban Murid Genit, Lha Uenaknya Buat Siapa?, Loneliness

Berisi kisah-kisah sisi lain tujuan melakukan yoga karena adanya kebutuhan rasa nyaman dan seks.

Yoga VS Akrobat Sirkus, Kecap no.1, Curhat Guru Yoga

Kisah sisi lain dari “pelatih yoga”

Anjasmara dan Yoga denga Satu Tangan, Siapa Takut?

Berisi kisah inspiraif dari salah satu selebritis bernama Anjasmara yang jatuh cinta dengan yoga hingga memutuskan menjadi pengajar yoga serta kisah mbak Shanti yang memiliki satu tangan namun tetap bersemangat dan percaya diri berlatih yoga. Lewat tulisan Yoga and The City Made Teddy Artiana ingin menunjukkan gambaran “sisi lain” dari yoga yang jarang terungkap namun nyata.

  1. Yudhi Widdyantoro

Yudhi Widdyantoro menulis dengan judul Sebuah Dialog-Monolog dan juga Parodi Bangsa Tempe.

Sebuah Dialog-Monolog

Tulisan yang menggunakan gaya seperti sedang sesi wawancara tersebut merupakan hadiah apresiasi bagi dirinya di hari ulang tahunnya. Yudhi berkisah awal mula dirinya jatuh cinta dengan yoga di tahun 1980 dari yang dahulu sering mengeluh tubuh sakit hingga akhirnya menemukan tempat beryoga di India karena ingin mendalami ilmu silatnya. Ketika berlatih yoga di India Yudhi merasakan keluhan fisik dan psikologisnya menurun drastic dan menjadi lebih sehat dan tenang. Di Tulisan tersebut juga berisi pemikiran Yudhi Widdyantoro yang mencermati kondisi yoga serta perhatiannya pada lingkungan sekitar seperti taman yang baginya merupakan sumber inspirasi untuk menggiatkan komunitas yoga gembira. Komunitas tersebut memiliki spirit bahwa yoga bukan bersifat ekskulif, mahal sehingga dapat dinikmati semua kalangan. Tujuan Yudhi membentuk komunitas yoga di taman adalah sebagai hadiah kepada alam yang sudah memberikan kebaikan kepada manusia. Lebih lanjut Yudhi juga memiliki cita-cita bahwa yoga dapat menjadi sarana agen perubahan bagi masyarakat.

Parodi Bangsa Tempe

Tulisan berjudul Parodi Bangsa Tempe merupakan “sindiran” dari bangsa Indonesia yang lebih bangga dengan produk luar negeri. Pemikiran tersebut nampaknya merupakan “warisan” dari penjajahan zaman Belanda yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak percaya diri. Pemikiran tersebut nampaknya berlaku juga di dunia yoga Indonesia.
Contoh, Yudhi Widdyantoro yang pernah mengalami fase rela belajar yoga hingga ke luar negeri bahkan sampai memuja terlalu berlebihan dengan guru berasal dari luar negeri. Para praktisi yoga di Indonesia yang cenderung mengidolakan dan menganggap pengajar yoga lebih hebat. Ada pula yang merasa lebih bangga ketika dapat berlatih dan menempuh pendidikan yoga di luar negeri. Yudhi memaparkan bahwa kualitas para praktisi dan pengajar yoga dari Indonesia juga hebat. Demikian pula ajaran tentang nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang selaras dengan ajaran yoga yang menurut Yudhi sangat dekat dengan alam.



  1. Akhlis Purnomo

Di bagian II terdapat 5 tulisan Akhlis Purnomo yang diberi tema #Yogakhlis, Mind Body and Compassion. Di tulisan ini Akhlis mengulas tentang tips-tips beryoga ala dirinya agar pembaca dapat lebih memperhatikan, menyayangi tubuhnya sendiri terutama ketika berlatih yoga. Tulisa tersebut, yaitu

Menghindari Cedera Ketika Berlatih karena Tubuh Terlalu Lentur

Tulisan tersebut memiliki tujuan untuk mengingatkan dirinya yang cenderung memiliki tubuh lentur untuk lebih berhati-hati dalam berlatih yoga seperti menjaga keseimbangan tubuh dan emosinya. Akhlis juga mnenganjurkan agar pembaca tidak terlalu “ngoyo” berlatih yoga untuk tujuan memiliki tubuh yang lentur sehingga memudahkan untuki melakukan pose-pose yang tergolong rumit. Ketika tubuh sudah lentur orang butuh berhati-hati dengan munculnya sifat sombong dan merasa lebih dibanding yang lainnya.

Berlatih Sendiri, Esensi Menjadi Yogi

Di tulisan tersebut Akhlis bercerita tentang tujuannya berlatih yoga Akhlis bercerita bahwa dirinya lebih menyukai belajar yoga secara mandiri lewat buku, internet bahkan lewat diskusi. Baginya belajar yoga secara mandiri lebih menyenangkan karena lebih memudahkan dirinya mengenal diri sendiri .

Mengapa Seseorang Perlu Berhenti Melakukan Yoga?

Tulisan Akhlis ini menjawab pertanyaan dari kenalannya tentang mengapa seseorang butuh berhenti dari yoga?Tertarik dengan pertanyaan tersebut lalu dirinya menyusun survey yang akhirnya dikumpulkan menjadi sebuah tulisan.

Tanda-Tanda Anda Sudah Menemukan Guru Yoga yang Tepat

Menemukan guru yoga yang tepat juga serupa ketika menemukan jodoh yang butuh chemistry atau daya tarik. Di tulisan tersebut Akhlis mengumpulkan ide-ide yang dimiliki tentang perasaan yang dimiliki ketika menemukan guru yoga yang tepat.

Yoga Bukan Pria Banget?

Di tulisan tersebut Akhlis mengungkapkan tentang kecenderungan para pria menghindari latihan yoga yang dianggap terlalu feminin seperti identik dengan pakaian yang ketat dan berwarna-warni, identik dengan sifat yang lembut dan lebih mendalami diri sendiri. Apakah benar yoga hanya untuk wanbita saja?Di tulisan ini Akhlis Purnomo menjelaskan ide-idenya tentang bahwa yoga juga cocok dilakukan oleh pria.

  1. Arum Sukma Kinasih

Tulisan Arum Sukma Kinasih yang berjudul It’s Just Between Me and Me :Yoga Sebagai Sarana Pertumbuhan Pribadi berkisah tentang perjalanan dirinya berlatih yoga sejak tahun 2007 hingga sekarang. Arum mulai jatuh cinta dengan yoga ketika kuliah di Magister Profesi Psikologi UGM hingga rutin dari belajar secara mandiri lalu dilanjutkan mengikuti kelas yoga di Yogyakarta. Arum mulai menemukan makna beryoga justru ketika dirinya tidak dapat melakukan pose atau gerakan yoga karena menjalani pengobatan dan pemulihan dari sakit tuberculosis paru dan tulang di tahun 2012-2013. Ketika tubuh sulit bergerak bahkan melakukan gerakan yoga yang biasanya mudah dilakukan oleh pemula justru membantu dirinya berdialog antara dirinya dengan dirinya hingga menemukan bahwa tujuan berlatih yoga bukan untuk pamer pose yoga, bukan agar dinilai cantik dan sehat namun untuk memberi kasih sayang terhadap diri sendiri. Untuk melengkapi kisah menemukan makna beryoga Arum menggunakan dua pandangan Psikologi yang mengungkap kepribadian manusia yaitu Psikoanalisis yang memaparkan tentang kecenderungan dirinya di masa lalu dalam beryoga. Teori lain yang menjadi rujukan adalah pandangan Psikologi Transpersonal (bagian Psikosintesis) yang mengungkapkan bahwa manusia dilihat secara utuh dan menyatu. Dialog batin yang dijadikan inspirasi tulisan Arum juga merupakan bagian proses terapi dari Psikosintesis.

Terima Kasih sahabat semua...semoga semakin penasaran ya dengan isi buku selengkapnya


No comments:

Post a Comment